Ribuan kilo jalan yang kau tempuh Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan Meski tapak kaki penuh darah penuh nanah…
Lagu iwan fals yang mengalun lembut lewat layar televisi yang aku tonton pagi itu tak urung membuatku meneteskan airmata.. Ya hari ini hari ibu, hari besar yang dirayakan oleh seluruh channel televisi yang aku tonton. Entah bagaimana keadaan ibuku sekarang. Sudah 5 tahun aku meninggalkan beliau demi laki- laki yang aku cintai. Sudah 5 tahun pula aku meninggalkan tempat kelahiranku dan rumah ibuku di pulau jawa, tepatnya di ngawi, disebuah kampung padat penduduk dan miskin tentu saja. Tiba- tiba tanpa sadar putra kecilkupun menangis saat melihatku meneteskan airmata. Dia takut dan langsung memeluku. Putraku kini berusia hampir 5 tahun. Dengannyalah kini aku menghabiskan waktu dan kehidupanku, tak ada lagi yang aku inginkan kecuali putraku bisa mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang layak. Pasti sama persis seperti apa yang ibu harapkan kepadaku dulu. Aku menarik nafas panjang, aku menyesal bu, maafkan Siti mu bu. Siti benar- benar menyesal gumamku dalam hati. Dan lalu kembali air mataku mentetes, jauh lebih deras, jauh lebih menyesakkan dari sebelumnya, kukuatkan pelukanku pada Gandhi anakku.
***
Aku ingat betul saat itu, saat ibu mengusirku, terakhir kulihat betapa kekecewaan bergelayut di wajah ibuku. Saat itu aku baru memasuki semester pertama di tahun terakhir sekolah SMA ku, itu artinya dalam hitungan bulan lagi aku akan mengikuti Ujian Nasioanal. Aku anak satu- satunya ibu, kebanggaan, itu yang sering aku dengar dipembicaraan ibuku dengan para tetangga. Ya, karena akulah tumpuan harapan beliau. Banyak yang sudah ibu rencanakan untuk masa depanku masa depan kami. Meski ibu hanya guru sekolah dasar dengan pangkat yang masih rendah, ibu tetap berusaha memperjuangkan kebutuhanku dan mampu menyusun kerangka masa depanku, Setamat SMA rencanyanya beliau akan menguliahkanku ke Jogja, tempat kuliahnya orang pintar kata ibu. Karena memang dikampung tempat tinggalku sangat sedikit orang yang mampu dan mau berkuliah. Mereka lebih memilih bekerja diladang atau dikebun. Namun ibu menginginkan masa depan berbeda untuk kami, karena itulah ibu tak pernah lelah mengusahakan semua kebutuhan kami. Selain mengajar ibu juga berjualan sayur dipasar, ibu menjulakan sayur- sayur para tetangga juga sayur dari kebun kecil kami sendiri. Yah ibu mesti bekerja sendirian Karena bapak telah lama meninggalkan ibu, sejak aku dalam kandungan, bapak pergi karena sebuah kecelakaan, aku tak begitu tau bagaimana kecelakaan itu terjadi, akupun tak mau bertanya banyak kepada ibu, karena aku tau itu tentu akan membuat ibu sedih. Cukuplah sebuah photo bapak yang dibingkai kayu tua untuk bisa aku pandang dan aku peluk. Jadi sejak kecil aku tak mengenal sosok bapak. Meski begitu aku tau, bapak pasti imam yang baik dikeluarga. Terbukti betapa ibu tak pernah memasukan sosok lelaki lain kedalam hatinya dan kedalam kehidupan aku dan ibu selain bapak.
Dan disinilah petaka dimulai..
Minggu pagi itu kampung kami ramai menyambut 7 mahasiswa semester akhir yang datang dari sebuah Universitas swasta di Jogja untuk melakukan riset kampusnya, nama programnya KKM, kuliah kerja nyata. Ibu pernah menjelaskan hal itu padaku. Katanya mereka akan meneliti tentang kepadatan penduduk dan transmigrasi. Ya karena memang banyak dari penduduk kampung kami yang telah melakukan transmigrasi ke Pulau Kalimantan. Kabarnya ada beberapa dari mereka telah hidup enak disana. Mahasiswa- mahasiswa itu akan berada 3 bulan dikampung kami. Lalu kehidupan kampung kami telah berjalan normal setelah beberapa hari diramaikan dengan sambutan- sambutan, makan minum bersama dirumah ketua RT yang tepat berada disebelah rumahku, tempat dimana ke 7 mahasiswa itu menginap. 1 bulan berlalu, akupun mulai akrab dengan mereka, namun salah satu diantara mereka sedikit lebih akrab denganku, namanya Rizal asli kalimantan. Kedekatan kami membuat ibu cemas, ibu sering wanti- wanti dan menghawatirkan banyak hal. Terutama jika kami tak bisa menjaga sikap. Aku dan Rizal sedikit tak terlalu peduli, terutama aku. Aku baru mengenal sosok seorang pria, dan aku jatuh cinta. Hari- hari kami lalui, mencuri kesempatan saat ibu tak ada dirumah. Aku benar- benar kehilangan akal sehatku, melupakan mimpi- mimpiku dan harapan ibu. Terkadang aku menyesal namun tetap saja aku tak sanggup menghindari. Hingga akhirnya waktu 3 bulan telah berlalu. Rizal memang sangat baik kepada seluruh penduduk terutama kepada ibu dan aku. Kini tibalah saat berpisah, aku benar- benar sedih. Tapi apa yang bisa aku lakukan. Rizal hanya memberikan janji bahwa dia akan menyelesaikan Pendidikannya di Jogja, lalu dia akan kembali kekalimantan dan akan menungguku disana. Semoga janjimu pasti.
Bulan demi bulan berlalu, aku dan Rizal hanya bisa bekomunikasi lewat surat, hanya kadang- kadang saja aku pergi kekota untuk menelpon Rizal lewat layanan telepon umum. Aku merindukan Rizal. Rindu yang tak seharusnya aku pendam sama dengan cinta yang tak seharusnya terlalu dalam padanya hingga aku sadari ada yang berbeda dari keadaanku. Satu bulan trakhir ini aku sering tak enak badan. Ibu mencemaskanku, aku hanya masuk angin, itu yang sering aku ucapkan kepada ibu. Ternyata ibu tak terima begitu saja, ibu langsung membawaku ke puskesmas terdekat. Dan ternyata hasil analisa nya adalah tamparan keras bagi ibu, aku hamil 3 bulan! Ibu syok dan menyeretku pulang kerumah. Tetesan airmata ibu kian deras, ibu tak berkata apa- apa ibu hanya menangis dan menangis. Segala rasa berkecamuk dalam hatiku, sakit, sedih, malu dan tak tahu apa yang akan ibu lakukan padaku. Bu, maafkan aku, hanya kata itu yang mampu tergumam dari bibirku untuk ibu.
Rupanya ibu tidak tidur semalam, mata ibu sembab wajah ibu pucat. Aku sungguh takut dengan apa yang akan ibu lakukan atas kelakuanku. Namun aku telah ikhlas, aku ihklas apapun yang akan ibu hukumkan kepadaku. Aku siap, siap untuk segala hal, karena ibu telah mengajarkan arti bertanggung jawab atas sebuah perbuatan kepadaku. Sampai kata terburuk pun akan aku terima, karena aku memang bukan anak yang pantas untuk ibu. Aku teramat bodoh telah melakukan kesalahan ini. Bicaralah bu, aku siap…
“Pergilah dari sini, dari kampung, dari pulau ini, saya sudah tak lagi berharap apa- apa padamu Siti, pergilah” meski terisak, aku tau ibu serius menekankan kata- kata itu untukku.
Air mataku menetes deras, akupun masuk kekamarku, kubawa secukupnya pakaianku dengan beberapa uang tabunganku yang cukup untuk mendatangi Rizal ke Jogja. Kupeluk ibu, aku cium pipi dan tangan ibu yang berdiri mematung, betapa kecewa ibu padaku. Sambil lirih aku ucapkan betapa aku sayang sama ibu…
Dari cerita yang aku sampaikan ditelepon, Rizal telah menungguku di stasiun. Rizal menjemputku. Aku sadari keputus asaannya dari wajahnya, tak ada senyum. Aku tahu, Rizalpun tak menginginkan ini. Begitupun aku. Tapi aku tak peduli, aku hanya peduli pada perasaan ibuku. Aku tak mau keberadaanku didepan matanya akan lebih menghancurkan perasaannya. Dengan setengah hati, Rizal berjanji akan mengantar aku Kekalimantan, menyewakan sebuah rumah dan akan menikahiku setibanya di Kalimantan. Sementara Rizal akan kembali ke Jogja menyelesaikan Kuliahnya. Sekitar 1 semester lagi dia akan menyusulku ke Kalimantan. Aku diam saja. Aku ikuti semua yang menjadi maunya. Aku telah pasrah.
Sudah satu bulan aku hidup dikalimantan dari hasil bantuan para keluarga Rizal, kaka, tante dan pamannya Rizal. Rizal sudah tak memiliki ibu dan Bapak. Aku telah terbiasa hidup seadanya, jadi dirumah ini sendirian tanpa ada barang dan makanan mewah sudah menjadi hal biasa bagiku. Sambil menunggu kelahiran Bayiku dan menunggu Rizal pulang, aku bantu- bantu tantenya Rizal di Toko beliau. Lumayan untuk beli susu dan menabung untuk biaya persalinan. Namun aku tetap saja berharap banyak pada keluarga Rizal untuk persalinan kelak. Sebab aku tak punya apa- apa, aku tak punya kekuatan untuk bekerja lebih keras dengan kondisiku sekarang. Alhamdulillah tepat satu tahun setelah kelahiran bayiku, Gandhi. Rizal diterima bekerja disalah satu perusahan besar di kota kami tinggal. Aku bersyukur keuangan keluarga kami berangsur membaik. Tiga tahun bekerja, Rizal mendapatkan kedudukan yang lumayan diperusahaan. Namun selama kami hidup bersama, Rizal sangat hambar menanggapi keberadaanku dan keberadaan Gandhi kami. Tak apa, yang penting dia masih mau menghidupi aku dan Gandhiku, aku selalu berdo’a semoga Rizal tak akan melalaikan kami sebagai keluarganya. Bulan demi bulan, Rizal kurasakan mulai banyak berubah, sering pulang malam dan bahkan berhari- hari tak pulang. Aku sedih, meski Gandhi tak terlalu dekat dengan bapaknya, Gandhi sering menangis mencari bapaknya. No HP nya pun susah dihubungi. Kalaupun dia pulang kerumah, Rizal sering membentak aku dan Gandhiku dengan alasan yang kadang dibuat- buat dan tak masuk akal bagiku.
Hari ini, Entah sudah bulan yang keberapa, yang jelas Rizal sudah tidak pernah pulang lagi, aku lelah menghitung hari demi hari, minggu ke minggu, bulan bertemu bulan. Aku semakin terpuruk, Gandhi semakin kurus terlebih aku. Keluarga Rizal sudah lepas tangan dengan kehidupan aku dan Gandhi. Karena Rizal telah mengirimkan surat cerai untukku. Sekarang hanya tinggal aku dan Gandhi dan uang sisa tabungan dan peralatan rumah tangga yang satu demi satu aku jual untuk kehidupan aku dan Gandhiku. Semakin hari semakin aku sadari, aku payah sebagai seorang ibu, ternyata menjadi seorang ibu sekaligus bapak bukan pekerjaan yang mudah untuk dilakoni. Ternyata apa yang dijalani ibu sejak aku lahir hingga aku mampu sekolah sampai SMA bukanlah pekerjaan semudah membalikan telapak tangan. Kesadaran dan penyesalan yang terlambat. Aku telah meremehkan segala apa yang ibu berikan kepadaku. Keindahan yang kami susun demi masa depan kami kini hanya tinggal puing tak berguna. Ya Allah, maafkan aku dengan segala dosa- dosa dan khilafku..
***
Detik ini telah aku bulatkan tekadku untuk tidak menunggu keajaiban dari manapun, aku harus mengusahakannya sendiri. Berbekal uang terakhir simpananku, aku memutuskan untuk pulang kerumah ibu kembali ketempat kelahiranku. Setelah perjalanan berat bersama Gandhiku, sampailah aku ketanah kelahiranku, kerumah tua ibuku. Rumah yang tak lagi terawat seperti dulu, tetanggapun berdatangan melihat kedatanganku kerumah ibu. Betapa menyesakkan dadaku saat ibu terbaring lemah diatas dipan diruang tamu, apa yang terjadi pada ibu? Kenapa ibu begitu kurus dan pucat. Semua pertanyaan berkelebat bergantian di kepalaku.
Istri pak RT, teman akrab ibu pun angkat bicara “Ibu mu sakit keras, sudah satu tahun belakangan ini dia tak bisa bangun, kondisinya lemah sekali, namun saya yakin, kondisi hatinya jauh lebih lemah dari pada badannya”. Beliau menghela nafas panjang “Kamu kemana aja nduk?, Ibumu setres memikirkan keadaanmu yang tak kunjung memberikan kabar”. “ibumu sering minta antarkan bapak ke kota, hampir setiap hari, sore baru pulang, beliau selalu mengharapkan kedatanganmu di terminal kota”. Beliau meneteskan air mata.
Aku tertunduk lesu tak bisa mengatakan apapun, aku fikir ibu teramat sangat membenciku, dan tak akan pernah lagi mengharapkan kedatanganku. Aku sering memimpikan ibu, dimimpiku ibu memintaku kembali pulang, namun aku takut itu hanya mimpi dan harapanku saja.
Semua tetanggapun akhirnya tak kuat menahan tangis mereka, kulihat sekeliling, semua meniikan airmata menyaksikan pertemuan aku dan ibu. Gandhi memelukku kuat sekali.
Aku coba mencium ibu, aku bisikan sesuatu ditelinga ibu “ibu, Siti pulang bu, maafkan Siti ya bu…”
Genggaman ibu kurasakan semakin kuat ditanganku. Perlahan airmata ibu menetes. Aku tau ibu tau kedatanganku.. Dengan mata yang masih terpejam ibu berkata lirih “Siti, jangan pergi lagi nak, ibu sayang kamu, ibu kangen kamu…”
“Siti gak akan pergi lagi bu, Siti berjanji akan terus ada untuk ibu, Siti janji”
Aku peluk tubuh ibu, aku cium tangan ibu, aku kecup kening ibu “Selamat Hari ibu, bu… teramat sangat aku menyayangi ibu”
_Ibu adalah tempat yang paling nyaman untuk kembali. Dada yang teramat lapang untuk memeluk segala khilaf dihidupmu. Ibu memiliki sejuta kasih tanpa batasan, tanpa mengharap imbalan. Ibu bukanlah perempuan yang pandai menghitung dan menjumlah segala apa yang sudah dia korbankan untuk anaknya. Hanya saja sering kita terlupa, kita akan sadar akan semua pengorbanannya pada saat titik nadir kita menyesali hidup. Dan saat kau datang memeluknya dengan waktu yang sangat terlambatpun, dia masih mampu berkata, “aku sayang kamu nak…”_
(Untuk para ibu yang diciptakan diseluruh garis hidup, terimkasih atas jasamu yang tak terkira)
Kamis, 23 Desember 2010
Cerpen : "Aku sayang kamu nak..." (Selamat Hari ibu buat seluruh Ibu diIndonesia)
Diposting oleh Aulia Lima di 04.36 0 komentar
Minggu, 19 Desember 2010
Untuk Ibu... (Perempuan Hebat Dalam Hidupku)
Betapa ibu begitu susah payah membesarkan saya
Menyekolahkan saya, Membuat saya lebih pintar dari pada andai saya tidak kuliah dan bekerja.
Sebenarnya beribukalipun saya menghitung apa yang sudah saya lakukan dan berikan kepada ibu
Tetap tidak akan menyamai apa yang sudah ibu korbankan untuk saya
Saya ingat, waktu kecil saya pernah sakit dan ibu harus tetap berangkat kerja
Ibu berpesan, "nak duduklah didepan pintu saja, jadi kalau kamu butuh sesuatu, tetangga akan lebih mudah membantumu, ibu gak akan lama, ibu akan pulang lekas hari ini" dan benar saja ibu pulang cepat untuk memelukku...
Pernah suatu kali dengan kebodohan masa kecil saya, saya berlari dari atas bukit yang curam...
Kaki saya tak bisa diperintahkan untuk berhenti, sementara semak belukar yang dalam telah siap menunggu saya
Yang sempat saya lihat cuma wajah ibu saya, pucat pasi meneriakan nama saya
Kehkawatiran yang teramat sangat tentunya...
Setelah beranjak remaja, ibu saya selalu membela rasa masakan saya dari kritikan bapak...
Saat SMA, ibu berpesan "nak, ibu tidak bisa kasih uang untuk membelikan apa yang kamu inginkan, tapi dari hasil berjualan tiap hari ini, simpanlah uang yang ibu beri, tabunglah, bila sudah mencukupi, belilah apa yang menjadi keinginanmu..." betapa besar rasamu ingin membahagiakanku wahai ibuku...
Dan tibalah masa saya kuliah, saya anak ibu yang terakhir yang akan berkuliah saat itu...
Saya tentu tak mau ketinggalan dari kakak- kakak saya, mereka semua telah sarjana, sayapun harus!
Dan Ibu ikhlas mengantarkan saya mendaftar dan menjawab semua test.
Saya sadar akan kemampuan keuangan keluarga kita, saya tak ingin menuntut banyak.
Bisa berkuliah saja saya sudah sangat merasa beruntung...
Uang saya minta ditiap bulannya separo dari yang teman- teman terima dari orangtua mereka
Tak apa ibu, saya bisa mengusahakanya sendiri, saya telah belajar banyak dari ibu tentang berjuang hidup
Meski 4 tahun waktu kuliah saya dan ibu hanya 1 kali pernah mengunjungi kost saya, saya mengerti, ibu dibebani dengan banyak tanggung jawab, terutama saya...
Ibu pernah berkata kepada kakak, bahwa ibu merasa sudah kurang mampu membiayai kuliah saya...
Ibu tenanglah, jika ibu merasa sudah tak mampu, saya tak akan berhenti kuliah, saya akan kuliah dengan uang yang akan saya cari sendiri...
Ternyata ibu tak sekuat itu, biaya kuliah tetap ibu kirimkan untuk saya sampai saya bisa menyelasaikan kuliah dengan nilai yang tak mengecewakan...
Saat saya lulus kuliah saya memutuskan untuk jauh dari ibu, saya ingin mencari pengalaman di daerah timur
Saya tak ingin menyusahkan ibu dengan pulang kampung dan tinggal dirumah tanpa ada pekerjaan yang belum jelas
Tapi ibu tetap saja sesekali mengirim uang, ibu... saya mampu menghidupi kebutuhan saya sendiri
Meski belum bisa memberikan apa- apa buat ibu
Cukuplah ibu do'akan kebaikan untuk saya. Maka saya akan bahagia...
Dan semoga ibu diberkahi kesehatan, umur panjang serta rizki oleh Allah. Amin
Siang itu, saya dapat telpon bahwa ibu sakit.
Keesokan harinya saya sudah menunggui ibu yang terbaring lemah di rumah sakit
Tak berapa lama setelah ibu sakit, saya diterima sebagai pegwai daerah tepat kelahiran ayah ibu dan saya
Betapa terharu saat saya lihat air mata bahagia dari ibu dan kakak saat tahu saya diterima bekerja dan otomatis menetap di rumah ibu... (sebenarnya mereka tak begitu suka saya tinggal di timur sampai 4 tahun lamanya)
Ini semua berkah dari sakit ibu dan kepulangan saya kembali, kata kakak- kakak saya
Sudah 3 tahun saya disini, disisi ibu.
Hampir 2 tahun saya bekerja, namun kesehatan ibu semakin bertambah buruk...
Sakit lalu sembuh... dan lalu sakit lagi dengan keadaan yang tak semakin baik...
Sekarang Sudah lebih dari 2 bulan ibu sakit, badan ibu tinggal tulang dibalut kulit
Sembuhlah bu... Aku sungguh sayang ibu...
Malam ini, sebenarnya sudah lama saya ingin menulis hal- hal indah tentang ibu...
Malam ini, saya merasa benar- benar payah
Ternyata selama ini, selama ibu sakit, terlebih 2 bulan terakhir ini...
Ternyata saya tak cukup punya kesabaran menghadapi sakit ibu
Saya banyak mengeluh
Saya banyak berbicara ketus
Berbicara dengan nada tinggi
Bahkan marah- marah jika ibu sedang cerewet
Saya merasa tak pandai balas budi
Ibu korbankan banyak hal untuk saya
Keringat, susah payah, darah, uang dan bahkan nyawa...
Tapi apa yang saya perbuat?
Saya sangat benci keadaan saya
Bu, maafkanlah saya
Sembuhlah bu, saya masih ingin melihat ibu bahagia...
Sembuhlah bu... Aku sungguh sayang ibu...
Peluk Cium untuk Ibu
Semoga Allah memberikan keberkahan_Nya untuk keluarga Kita
Amin...
Diposting oleh Aulia Lima di 11.02 2 komentar
Minggu, 21 November 2010
She is My Mom...
Aku memang bukan anak perempuanmu
Yang pandai memperlihatkan betapa besar cinta dan peduliku untuk mu
Aku pun belum mampu
Untuk memberikan materi berlimpah buatmu
Namu aku berjanji
Saat sakit dan deritamu
Akulah yang hadir disampingmu saat kau membuka matamu
Saat kau dalam tidur lelapmu
Akulah orang yang paling khawatir kau akan pergi dari hidupku
Tiap saat di detakan jantungmu
Akulah yang selalu mengintip ringkih tubuhmu
Serta berat nafasmu dari balik kelambu yang tak lagi putih itu
Aku mencintai kasih sayangmu
Bahkan aku menyayangi tiap lantang suaramu
Bu, makasih atas pelajaran yang kau beri untukku
Untuk bekal perjalanan hidupku
Aku kuat karenamu
Jauh lebih kuat dari apa yang ibu bayangkan
Aku lebih tangguh dari yang ibu banggakan
Semua karenamu bu
Karena hampir seluruh perjalanan hidupmu
Adalah perjuangan yang menarik
Untuk aku ukir dalam memori dan catatan hidupku
Aku ingin sekuat dan setangguh ibu
Meski ketika banyak hal cadas yang melukai kaki dan hatimu
Ibu tetap tegar menantang kehidupan
Maaf Bu
Tak banyak yang bisa aku lukiskan untuk mengemukakan perasaanku
Namun aku yakin ibu tau
Teramas sangat aku menyayangi Ibu
Add caption |
Love her so Much
Do'a terbaik selalu kurangkai dan kucipta untuknya
Semoga dia selalu bahagia disisa hidupnya. Amin...
Diposting oleh Aulia Lima di 03.10 0 komentar
Jumat, 30 April 2010
Woman_Pain...
#Aku...
Meski tak membuatku mati, namun batu itu membuatku teramat membencimu
Meski tak terlalu parah, namun pecahan kaca itu cukup memerihkan kaki dan hatiku
Entahlah, aku sudah lupa berapa ratus kali hal seperti ini terjadi
Aku telah lelah menghitung setiap luka yang kau buat ditubuhku terutama dihatiku
Aku, perempuan yang kau pilih sejak puluhan tahun lalu
Aku perempuan yang kau bilang adalah pilihan jiwamu
Aku perempuan yang melahirkan anakmu
Aku perempuan yang setia lahir bathin padamu
Pernahkah kau sadari itu wahai lelakiku?
Tapi mengapa tak pula pernah lelah kau melukai perasaanku?
Mengapa kau pilih aku jika aku tak pantas buatmu?
Terlalu banyak pertanyaan dibenak nuraniku
Tak satupun tingkah dan perbuatanmu bisa menjawab semua itu
Aku mencintaimu, itulah kenapa aku masih bertahan menunggu kau berubah mesra padaku
Namun, hingga detik ini aku tak yakin apakah aku bisa menerimamu lagi...
#Belahan Jiwaku
Wahai putra semata wayangku
Bunda amat menyayangimu, melebihi sayang bunda pada lelaki itu
Bila kau dewasa nanti, Bunda harap kamu mengerti
Semoga bisa kau fahami
Bahwa cinta memang tak selayaknya begini
Lain waktu, jika sudah tiba masamu memiliki perempuan
Cintailah dia
Sayangi dia
Manjakan dia dengan kata- kata lembut
Belai dia bak bidadari di singgasanamu
Cumbui dia seolah tak akan kau temukan perempuan sehebat dia
Jangan kau buat mereka seperti bundamu
Karena bunda tau, meski tak terucap
Kau sering meratapi nasib bundamu
Kadang bunda lihat tetesan hangat air matamu dalam lelapmu
Bunda yakin Kau akan selalu do'a kan bundamu dengan do'a yang teramat baik
Terimakasih wahai putra semata wayangku
Cintailah bunda sampai dipenghujung hidupmu
Bunda sayang kamu
peluk cium...
#Lelakiku...
Mengapa tak pernah lelah kau melukai lahir dan batinku?
Tanpa ampun kau pukulkan batu itu kedahiku
Kau lempar gelas kaca itu kebadanku
Kau tumpahkan teh panas itu kekepalaku
Kau siramkan jus itu kerambutku
Kau pukul aku kau siksa aku
Tahukah kau lelakiku, seluruh badan dan hatiku sakit karena ulahmu
Seolah aku bukan perempuanmu, aku merasa seperti sampah karena sifatmu
Kata apa lagi yang pantas aku ungkapkan selain kekecewaan yang teramat mendalam?
Kumohon dengan sangat, pergilah dari hidupku dan dari anak semata wayangku...
############
Senang kadang bisa membuatmu tertawa, setidaknya sedikit melupakan derita luka hatimu;
'Untuk seorang sahabat, karena ketegarannya sering membuatku terharu, tersenyum sisnis, dan bahkan tertawa terbahak... karena sebuah keanehan luarbiasa melihat kau bertahan dengannya...'
Diposting oleh Aulia Lima di 08.10 0 komentar
Selasa, 27 April 2010
Perempuan Tadi Senja...
Tentang perempuan yang aku lihat tadi senja
Ringkih
Tua
Sendirian
Tak berdaya
Tanpa sesiapapun
Suami Anak Cucu
Perempuan Ringkih itu benar- benar sendiri menjalani ketegaran hidupnya
Mataku panas tak terbendung
Tetesan air hangatpun mengalir
Betapa kuat kau wahai perempuan hebat
Berbagilah denganku tentang kisah hidupmu
Apa alasanmu tetap bertahan untuk Tak mengambil jalan pintas
Seperti kabanyakan yang dilakukan para jiwa kerdil
'Tuhan menginginkan saya begini, saya hanya menjalani'
Terimakasih wahai perempuan tua
Perjalananmu mengajarkan ketegaran
Lusuh kulitmu mengajarkan kekuatan
Layu parasmu mengajarkan perjuangan
Putih rambutmu mengajarkan kemandirian
Lemah suaramu mengajarkan kebaikan
Semoga perjuanganmu membuat kami mampu berkaca
Dan Aku hanya seorang perempuan biasa saja
Lagi- lagi Merasa bukan siapa-siapa didepan perempuan yang aku lihat tadi senja dengan segala kekuatan jati dirinya…
*Penghujung April, di senja yang tak begitu kelabu, meratapi hidup perempuan selalu mampu membuatku menitikan air mata*
Diposting oleh Aulia Lima di 16.31 0 komentar
Rabu, 21 April 2010
Pada Perempuan Yang Bernama Diana…
Diposting oleh Aulia Lima di 03.13 0 komentar
Jumat, 16 April 2010
Do'a Pagi
Tuhan
Jika harta membuatku lupa dengan penderitaan orang sekitarku, tolong ambil lagi Harta itu dari hidupku
Jika dengan Harta aku bisa menolong sesamaku, tolong tambahkan rizki ku
Jika dengan kehidupan yang prihatin aku bisa merasakan penderitaan orang sekitarku akupun ikhlas menjalaninya
Amin
Sebuah refleksi dari kejadian pagi itu...
Saat seorang tukang becak diam- diam memberi uang pada seorang minta- minta yang buta
Setetes air Bening pun muncul di ujung mata batinku
"Apakah seorang 'bermobil' mampu melakukan itu?"
Karena Memang kadang kesamaan nasib membuat kita peka terhadap orang sekitar kita
Diposting oleh Aulia Lima di 03.44 0 komentar
Sabtu, 20 Februari 2010
SemogA
Wahai kekasihku sang belahan sukma Semoga cinta kita direstui oleh Nya
Dengan Sudi_Nya, Semoga Dia akan menempatkan cinta kita di surga
Kendati kau jauh disana, Aku akan selalu setia menunggu
Rasakan harum setia cintaku Yang terbang melewati malam
Dan menemuimu kesana untuk Mengabarkan bahwa
Aku sungguh mencintaimu...
Kasih...
Semoga harum kesetiaan cintaku
Akan menenangkan jiwa ragamu malam ini
Semoga Tuhan senantiasa bersama kita
Amien
Diposting oleh Aulia Lima di 06.29 0 komentar
Kaulah Cerita Itu...
Maafkan aku...
Istirahat lah sayangku
Karena aku telah cukup membuatmu tersusahkan
Tidur lah kekasihku
Karena lelahmu telah cukup menumpuk
Tak inginku membuatnya lebih berat
Aku hanya cukup berteman dengan tinta dan kertas
Karena mereka yang telah mampu membantuku merantai kata dan mencari makna
Serta mampu Menghujaniku ribuan embun penyejuk kalbu dan raga
Meski terkadang semua luluh lantak karena tangisku sendiri
Begitupun...
Aku tak butuh orang lain untuk mendengar cerita getirku
Aku hanya perlu kau, tinta dan kertasku
Karena hanya kalian yang mampu menyimpannya
Tanpa terdengar oleh angin dan samudra
Tanpa terlihat oleh gerimis dan senja
Terima kasih cinta...
Diposting oleh Aulia Lima di 06.22 0 komentar
Jawaban Hebat atas sebuah Do'a
Aku mohon Kepada Tuhan untuk menghilangkan kebiasaanku, Tuhan berkata, "Tidak." Itu bukan hak-Ku untuk menghilangkannya, Tetapi hak mu untuk mengusahakannya.
Aku mohon Kepada Tuhan untuk menyembuhkan Kecacatanku, Tuhan berkata, Tidak."
Jiwa adalah segalanya, tubuh hanyalah sementara.
Aku mohon Kepada Tuhan untuk memberiku kesabaran, Tuhan berkata, "Tidak."
Kesabaran adalah hasil dari kesengsaraan, bukan diberikan, tetapi dipelajari.
Aku mohon Kepada Tuhan untuk kebahagian, Tuhan berkata, "Tidak."
Aku memberimu berkah, kebahagiaan terserah padamu.
Aku mohon Kepada TUhan untuk menghilangkan rasa sakitku, Tuhan berkata, "Tidak."
penderitaanmu membuatmu peduli dan membawamu semakin dekat dengan-Ku.
Aku mohon Kepada Tuhan supaya jiwaku tumbuh, Tuhan berkata, "Tidak."
Kamu harus tumbuh dengan caramu sendiri, Tetapi Aku akan memangkasmu supaya kamu dapat berhasil.
GOD Bless All
Diposting oleh Aulia Lima di 06.11 0 komentar
Cinta Jadi Kasih...
Kalau engkau terperangkap olehnya, cinta itu menjadi kematian bagimu. Cinta bagai misteri, datang dan pergi tanpa permisi. Anda tak perlu mencarinya karena cinta akan datang dengan sendiri. Anda tak dapat membelinya karena cinta tak dapat dihargai.
Cinta akan lahir dengan sendirinya tanpa kita ketahui kapan, dan tanpa kita ketahui kepada siapa. Jika suatu hari pasangan Anda mengatakan ” Aku tak mencintaimu lagi. ” Let it go. Biarkan berlalu karena cinta tak dapat dipaksakan. Jika dipaksakan cinta tersebut layaknya sebuah bom waktu, yang akan meledak menjadi kebencian. Let it go.
Cinta akan datang kembali kepada Anda suatu waktu, mungkin dari orang yang pernah Anda cintai atau dari seseorang lainnya, Tuhan tak akan membiarkan Anda sendirian.
Lalu bagaimana dengan perasaan Anda yang ditinggalkan cinta?
Simpanlah dalam-dalam cinta tersebut. Kenanglah sebagai bagian dari masa lalu.
Menangislah jika perlu. Berbahagialah karena Anda pernah dicintai, berbahagia karena cinta pernah singgah di hati Anda.
Cinta itu bersemayam di dalam hati ( bukan di otak atau pikiran ), jika hati anda penuh dengan kasih, cinta tak akan pernah hilang dari diri Anda.
Bagi Anda yang mencintai, ubahlah makna cinta menjadi KASIH. Mengapa ???
Kasih itu indah
kasih tidak cemburu
kasih itu menerima apa adanya dan memberi yang ada
kasih itu komitmen sehingga seseorang yang mempunyai kasih tak akan melupakan cintanya
kasih itu murah hati bukan murah cinta ( dalam hubungan asmara )
kasih itu rendah hati bukan merendahkan cinta
kasih itu mengampuni dan memaafkan
kasih adalah cinta sejati karena berasal dari Tuhan.
Tanamkan kasih di dalam hati Anda sejak awal maka cinta Anda tak akan hilang.
Tanamkan kasih maka Anda akan bertahan jika kekasih Anda berkata, ”Aku tidak mencintaimu Lagi"
Diposting oleh Aulia Lima di 06.05 0 komentar
Do'a Perempuan Lajang
Thanks God
Ketenangan untuk menikmati kesendirian
Yang juga berpikir dengan matang..
Tidak melepas masa lajang karena takut stigma uzur...
Dear God.....,
If You dont mind.....
Diposting oleh Aulia Lima di 06.02 0 komentar
Kamis, 11 Februari 2010
Buatmu...
Miris,
saat salah seorang anak dikelasku mengatakan bahwa Mirna,
teman sebangkunya berhenti sekolah
Awalnya aku cukup senang
saat beberapa waktu lalu sempat bertanya
tentang keadaan keuangan orang tuanya Mirna,
berada,
itulah kata teman akrabnya,
artinya aku sebagai wali kelasnya tak perlu merisaukan
bahwa dia akan berhenti seperti banyak temannya yang lain
yang terpaksa berhenti sekolah karena dicekik masalah keuangan
Pada dasarnya anak didikku yang satu ini (Mirna) termasuk anak yang pinter,
aku yakin dia akan mendapat peringkat lima besar di kelasnya
Tapi,
masalah dimulai saat aku dengar kabar bahwa Mirna dilarang orang tuanya berangkat sekolah
Setiap aku bertanya tak ada jawaban yang jelas baik itu dari Mirna atau teman-temannya..
Aku cukup mengerti,
Selain masalah keuangan,
ada beberapa hal yang menjadi polemik dalam
kehidupan pendidikan di tempat aku mengajar
disana,
tak semua orang merasa punya kepentingan
untuk mendapatkan atau mengenyam pendidikan
Rupanya begitu juga dengan orangtuanya Mirna
Beberapa kali Mirna tidak masuk sekolah tanpa keterangan yg jelas
Alpa
Sakit
Izin
Sebenarnya aku sedih dengan keadaan dan perjuangan anak itu,
Tapi aku tak bisa berbuat banyak...
Support
Motivasi
hanya itu kemampuanku..
Sampai hari ini aku mendapat kabar terjelas tentang salah satu anak didikku yang cerdas itu..
Mirna benar- benar berhenti sekolah
Karena
Semua seragam sekolah nya sudah di cincang orang tuanya..
begitu juga mungkin dengan semua peralatan sekolahnya
Rupanya Mirna telah menyerah dengan segala keterbatasan kemampuannya sebagai anak
dan
Rupanya orangtua Mirna telah habis sabar dengan segala ketegaran anaknya
Sehingga
Merekapun mampu menghancurkan impian Mirna untuk sekolah
Cuma satu do'a Ibu buatmu...
Semoga kau bisa mendapatkan keberhasilan dan impianmu
di lain tempat dan di lain waktu..
Amien
Diposting oleh Aulia Lima di 17.43 0 komentar
Label: 13 Januari 2010
Senja...
Di Bawah Naungan Senja
Yang Tak Memercikan Sinar Keemasannya Ke Jiwa
Terlintas Sebuah Nama Mulai Memudar Oleh Masa
Yang Tak Mengizinkan Hati Untuk Mengenang Tentang Keindahan Cinta
Berbisik Pada Angin Sore Yang Menyapa Raga, Lalu Berlalu...
"Sampaikan Padanya Bahwa Aku Merindukan Pelukannya Yang Dulu..."
Diposting oleh Aulia Lima di 17.38 0 komentar
Selalu Tentang Senja...
Menatap Pada Sebuah Senja
Kelam Dan Semburat Jingga Berpendar
Tak Ada Kata Yang Ada Hanya Air Mata
Dimana Cahaya Emas Itu
Dimana Sinar Tembaga Itu
Aku Tersesat Dalam Buram
Yang Ada Hanya Jingga Tak Terperi
Namun…
Tak Ada Jawaban Tentang Air Mata Ini
Dan Kau Pun Tak Mau Tau
Telah Lelahku Menanti Kepastian Rasa
Aku Lemah
Aku Rapuh
Rasa Ini Menikamku Dan Telah Merobohkan Hatiku
Apa Yang Membuatmu Mengabaikanku
Tak Lagi Bermaknakah Aku Buatmu?
Diposting oleh Aulia Lima di 09.19 0 komentar
SebuaH SejaraH CintA
kebimbangan perjalanan menuju cinta yg sempurna
aku yakin, tanpa sumpahku pun
kau telah teryakinkan 0leh cintaku
namun kasihku...
maukah kau tak menc0ba membentuk diriku seperti yg kamu mau?
seperti aku yg mencintaimu dgn keikhlasan tanpa syarat...
sungguh sdh terlalu aku menyayangimu
sehingga utk menjauhpun aku sudah tak mampu...
'aku mencintaimu dari awal hingga akhir,
dgn air mata atau senyuman aku tetap menginginkanmu,
hiduP dan mati
Diposting oleh Aulia Lima di 09.17 0 komentar
Katamu aku harus selalu merenung, supaya selalu tersadar bahwa aku milikmu dan kamu milikku...
Diposting oleh Aulia Lima di 09.13 0 komentar
Berdamailah dengan hatimu, dan jangan bersedih karena keadaan...
Hatiku gerimis pun karena dia
Diposting oleh Aulia Lima di 09.10 0 komentar
7 tahun di segala musim... (ab0ut 2.537days)
Hari ini aku teringat masa dulu
Saat kami masih bersatu
Gemericik arus sungai
Lebatnya hujan
Hijaunya hutan
Lapangnya jalan
Panasnya fatam0rgana
Semua pernah bermakna bersamanya
Diposting oleh Aulia Lima di 09.04 0 komentar
PerempuaN_LangiT
Gerimis ini datang lagi, gerimis yg indah seperti sebuah bisikan keceriaan...
Setiap kali aku tanyakan pd mereka, mereka bilang aku sinting
Tak ada gerimis, yg ada hanya panas mengelupas kulit kata mereka
Darimana gerimis ini berawal dan dimana pula dia bermuara?
Semakin aku menatapnya, semakin kurasakan wajahku pias 0leh cahaya
Aku diam
Tetap diam
Sampai bisikan angin menyentakkan aku
Tidakah engkau sadari?
Kau adalah perempuan Langit
Ujarnya!
Diposting oleh Aulia Lima di 09.00 0 komentar
PeNdOsA
Jika tak ada lagi rasa nyaman kau temukan padaku
Aku ikhlas bila kau pergi
Karena bahagiamu hal terpenting, Terbesar
Bahkan mengalahkan besarnya kasihsayangku buatmu...
Menyaksikan lukamu membuatku merasa tak berguna
Mendengar isak kecewamu
Membuatku merasa tak lagi di butuhkan
Aku telah lelah berjalan
Sumpahku kamulah terakhir
Kalaupun cerita ini akan tamat
Tak akan lagi aku mencari penyambung rasa
Karena aku telah menyerah dan mati...
Diposting oleh Aulia Lima di 08.56 0 komentar
sUKMa_Luka
Betapa dalam hasratku memeluk perempuan
Yang menangis jauh dibawah pandangan mataku itu
Terisak mendekap beku
Berharap ada yang peduli dengan lukanya
Tapi tak ada yang datang
Sepi, Sunyi dan menyakitkan
Andai dia sadar bahwa aku peduli
Akan aku lihat senyum mengukir di bibirnya
Dan terhapuslah nelangsa itu
Namun, bukan aku harapannya
Sese0rang pemegang kunci sukmanya lah yang dinantinya
Bukan rembulan abu-abu seperti aku.
(andai dia tau)
Diposting oleh Aulia Lima di 08.54 0 komentar
dUKA_SuKA
Mengapa kata2 tercipta dan terg0res dengan tinta buram jika hanya saat ada luka di balut lara?
Bagaimana saat bahagia membahana di setiap sudut sukma?
Mana sajak-sajak bahagia itu?
Saat luka, se0lah2 sakit ku menunggu mati.
Namun, saat suka dan tangan2 peri menjamahku, se0lah2 tak ada surga disitu...
Kenapa aku tak bisa adil padanya?
Saat duka, semua di banjiri airmata.
Saat suka, aku diam saja...
Eg0is!
Maafin aku ya...
Diposting oleh Aulia Lima di 08.50 0 komentar
Baru aku sadari; Lukaku tak sebesar cintamu...
Andai dulu aku tak pergi separti pintamu
Mungkin sekarang kita akan baik-baik saja
Andai dulu aku tak pergi seperti inginmu
Mungkin sekarang aku akan ada dalam dekapmu
Andai dulu aku tak pergi seperti harapanmu
Mungkin kau akan menghapus air mataku dengan pelukanmu
Maafkan aku yang dulu
Aku sering menyakiti perasaanmu meski tak pernah kau ucapkan
Tapi air matamu mengisyaratkan luka itu
Keputusan pergi telah aku ambil
Aku tak ingin menyesal
Karna aku tau
Berlari lagi kepelukmu itu sudah tak mungkin
Diposting oleh Aulia Lima di 08.48 0 komentar
Rindu yang datang beserta senja...
Sayang...
Andai banyak ruang untukku melepas semua rasa ini
Mungkin saat ini aku bisa bernafas lega tanpa bening hangat menetes di ujung mataku
Sungguh rindu ini teramat sangat, apakah kau merasakan sesak yang sama? Dapatkah kau raba hangat yang sama di ujung matamu?
Sayang..
Yakinlah akulah pencinta sejati untukmu
Pencinta yang slalu membuka peluk, pun saat kau datang dengan keterpurukanmu
Pencinta yang bisa mebuatmu tertawa saat luka menyayatmu
Pencinta setiap kurang lebihmu
Hanya akulah cinta sejatimu..
Diposting oleh Aulia Lima di 08.46 0 komentar
Dia adalah Kesepian itu..
Seberapapun Aku Menolak Kehadirannya
Dia Tetap Datang Dan Menawarkan Cintanya
Dia Bilang Dia Sangat Mencintai Aku
Mengagumi Dan Meninggikan Aku
Perlahan Namun Pasti Dia Telah Mampu Merasuk Di Hatiku
Mengikuti Aku Di Setiap Detik Hariku
Dan Ternyata Tanpa Sengaja Akupun Mencintainya
Sumpah, Sebenarnya Aku Tak Pernah Mengharap Mencintai Dan Di Cintai Olehnya
Semua Datang Begitu Saja, Dan Aku Terperangkap
Aku Belum Bisa Pergi Dari Sisinya
Entah Berapa Juta Detik Sudah Dia Menemaniku, Mencintaiku Dan Menawarkan Cinta Aneh Dan Berbeda
Dialah Yang Selalu Menghapus Tiap Tetes Air Mataku Yang Mengalir Entah Karena Siapa
Dia Tak Pernah Marah Dan Cemburu
Dengan Kasih Sayangnya Dia Selalu Memelukku, Menenangkan Dan Melegakan Nafasku
Namun Dia Tak Pernah Tahu
Bukan Dia Sebenarnya Yang Aku Mau
Tapi Dia Selalu Mampu Meyakinkanku, Bahwa Aku Tak Punya Siapapun Selain Dia
Dia Bersumpah Akan Mencintaiku Selamanya
Aku Takut, Aku Benar-Benar Takut KESEPIAN Ini Benar-Benar Akan Memelukku Dan Mencintaiku Selamanya…
Diposting oleh Aulia Lima di 08.38 0 komentar
Hitam dan Samudera
Berkaca pada bening jelaga senja
Mengharap akan ada purnama seperti kemarin
Agar bisa aku menatapnya lagi di bayang samudra hitam legam itu
Namun harapan tak kunjung pasti
Karena yang ada hanyalah fatamorgana tak bertepi...
Diposting oleh Aulia Lima di 08.33 0 komentar
Gubahan_Ku
Diposting oleh Aulia Lima di 08.15 0 komentar
LovE
Cinta itu memberi sayap
Bukan rantai
Cinta itu keikhlasan
Bukan paksaan
Cinta itu kekuatan
Bukan kelemahan
Cinta itu perjuangan
Bukan belas kasihan
Diposting oleh Aulia Lima di 08.11 0 komentar
Catatan KusaM
Ketika
Langit Malam
Jatuh Kehamparan
Luas Samudera
Tetesan Hangat
Air Mataku
Jatuh Menyapa Pantai
Kini
10 Purnama Sudah
Aku Menantimu
Tanpa Janji
Tanpa Kepastian
Dan
Tanpa Ikatan...
Haruskah
10 Purnama Lagi
AKu Menunggumu Datang?
Berlinang Lara Ku
Tertegun Menatap Wajah Malam...
Diposting oleh Aulia Lima di 08.09 0 komentar
Benar Saja!
Lama tak kubuat sajak buat dia
Sajak manis,
Yang
Bertabur Rindu mesra
Peluk hangat
Serta kecupan cinta
Sungguh
Tak pernah aku duga
Bisa menemukan seseorang seperti dia
Dengan segala keterbatasan kemampuan materi
Namun
Kaya petuah
Pengorbanan
Pengalaman
dan
Perhatian yang tak terucap
Kufikir..
setelah luka- luka yang tak terperi kemaren
Hidupku tak akan lagi berwarna
Namun,
Ternyata Tuhan menatanya dengan berbeda
Tangisanku pun berwujud menjadi tawa
Dia datang dengan segala
Keanehannya
Keseriusannya
Dan segala kurangan lebihnya
Saat itu aku telah teramat yakin
Dialah yang akan mampu
Membawa bahagia yang tertunda untuk ku
Benar Saja!
Dengan segala Mampuku
Kegigihanku
Kupertahankan dia dengan tekadku
Meski aku harus
Bersikeras melawan egoku
Bersikeras Menutup telingaku
Bersikeras dengan segala kelemahanku
Dan ternyata benar
Dialah yang
Paling tepat untukku
Paling Berharga bagiku
Paling bisa menyeyangiku
Paling bisa menguatkanku
Paling tepat untuk tempat bersandarku
Paling mengerti dengan segala keinginanku
Kini
Tak lagi keraguan merajai hati dan kegusaran kita
Tak lagi cemburu bisa mengalahkan kokohnya perasaan kita
Tak lagi ada yang menggantikan tahtaku tahtamu dihati kita
Aku mencintaimu sungguh
Dengan tulus dan ikhlasku
Tetaplah bersamaku...
Diposting oleh Aulia Lima di 08.07 0 komentar
Cerpen Copy Paste: Sad Story
25 tahun yang lalu,
Inikah nasib? Terlahir sebagai menantu bukan pilihan. Tapi aku dan Kania harus tetap menikah. Itu sebabnya kami ada di Kantor Catatan Sipil. Wali kami pun wali hakim. Dalam tiga puluh menit, prosesi pernikahan kami selesai. Tanpa sungkem dan tabur melati atau hidangan istimewa dan salam sejahtera dari kerabat. Tapi aku masih sangat bersyukur karena Lukman dan Naila mau hadir menjadi saksi. Umurku sudah menginjak seperempat abad dan Kania di bawahku. Cita-cita kami sederhana, ingin hidup bahagia.
22 tahun yang lalu,
Pekerjaanku tidak begitu elit, tapi cukup untuk biaya makan keluargaku. Ya, keluargaku. Karena sekarang aku sudah punya momongan. Seorang putri, kunamai ia Kamila. Aku berharap ia bisa menjadi perempuan sempurna, maksudku kaya akan budi baik hingga dia tampak sempurna. Kulitnya masih merah, mungkin karena ia baru berumur seminggu. Sayang, dia tak dijenguk kakek-neneknya dan aku merasa prihatin. Aku harus bisa terima nasib kembali, orangtuaku dan orangtua Kania tak mau menerima kami..
Ya sudahlah. Aku tak berhak untuk memaksa dan aku tidak membenci mereka. Aku hanya yakin, suatu saat nanti, mereka pasti akan berubah.
19 tahun yang lalu,
Kamilaku gesit dan lincah. Dia sekarang sedang senang berlari-lari, melompat-lompat atau meloncat dari meja ke kursi lalu dari kursi ke lantai kemudian berteriak 'Horeee, Iya bisa terbang'. Begitulah dia memanggil namanya sendiri, Iya. Kembang senyumnya selalu merekah seperti mawar di pot halaman rumah. Dan Kania tak jarang berteriak, 'Iya sayaaang,' jika sudah terdengar suara 'Prang'. Itu artinya, ada yang pecah, bisa vas bunga, gelas, piring, atau meja kaca..
Terakhir cermin rias ibunya yang pecah. Waktu dia melompat dari tempat tidur ke lantai, boneka kayu yang dipegangnya terpental. Dan dia cuma bilang 'Kenapa semua kaca di rumah ini selalu pecah, Ma?'
18 tahun yang lalu,
Hari ini Kamila ulang tahun. Aku sengaja pulang lebih awal dari pekerjaanku agar bisa membeli hadiah dulu. Kemarin lalu dia merengek minta dibelikan bola. Kania tak membelikannya karena tak mau anaknya jadi tomboy apalagi jadi pemain bola seperti yang sering diucapkannya. 'Nanti kalau sudah besar, Iya mau jadi pemain bola!' tapi aku tidak suka dia menangis terus minta bola, makanya kubelikan ia sebuah bola. Paling tidak aku bisa punya lawan main setiap sabtu sore. Dan seperti yang sudah kuduga, dia bersorak kegirangan waktu kutunjukkan bola itu. 'Horee, Iya jadi pemain bola.'
17 Tahun yang lalu
Iya, Iya. Bapak kan sudah bilang jangan main bola di jalan. Mainnya di rumah aja. Coba kalau ia nurut, Bapak kan tidak akan seperti ini. Aku tidak tahu bagaimana Kania bisa tidak tahu Iya menyembunyikan bola di tas sekolahnya. Yang aku tahu, hari itu hari sabtu dan aku akan menjemputnyanya dari sekolah. Kulihat anakku sedang asyik menendang bola sepanjang jalan pulang dari sekolah dan ia semakin ketengah jalan. Aku berlari menghampirinya, rasa khawatirku mengalahkan kehati-hatianku dan 'Iyaaaa'. Sebuah truk pasir telak menghantam tubuhku, lindasan ban besarnya berhenti di atas dua kakiku. Waktu aku sadar, dua kakiku sudah diamputasi. Ya Tuhan, bagaimana ini. Bayang-bayang kelam menyelimuti pikiranku, tanpa kaki, bagaimana aku bekerja sementara pekerjaanku mengantar barang dari perusahaan ke rumah konsumen. Kulihat Kania menangis sedih, bibir cuma berkata 'Coba kalau kamu tak belikan ia bola!'
15 tahun yang lalu,
Perekonomianku morat marit setelah kecelakaan. Uang pesangon habis untuk ke rumah sakit dan uang tabungan menguap jadi asap dapur. Kania mulai banyak mengeluh dan Iya mulai banyak dibentak. Aku hanya bisa membelainya. Dan bilang kalau Mamanya sedang sakit kepala makanya cepat marah. Perabotan rumah yang bisa dijual sudah habis. Dan aku tak bisa berkata apa-apa waktu Kania hendak mencari kerja ke luar negeri. Dia ingin penghasilan yang lebih besar untuk mencukupi kebutuhan Kamila. Diizinkan atau tidak diizinkan dia akan tetap pergi. Begitu katanya. Dan akhirnya dia memang pergi ke Malaysia.
13 tahun yang lalu,
Setahun sejak kepergian Kania, keuangan rumahku sedikit membaik. Tapi itu hanya setahun. Setelah itu tak terdengar kabar lagi. Aku harus mempersiapkan uang untuk Kamila masuk SMP. Anakku memang pintar dia loncat satu tahun di SD-nya.
Dengan segala keprihatinan kupaksakan agar Kamila bisa melanjutkan sekolah. aku bekerja serabutan, mengerjakan pekerjaan yang bisa kukerjakan dengan dua tanganku. Aku miris, menghadapi kenyataan. Menyaksikan anakku yang tumbuh remaja dan aku tahu dia ingin menikmati dunianya. Tapi keadaanku mengurungnya dalam segala kekurangan. Tapi aku harus kuat. Aku harus tabah untuk mengajari Kamila hidup tegar.
10 tahun yang lalu,
Aku sedih, semua tetangga sering mengejek kecacatanku.
Dan Kamila hanya sanggup berlari ke dalam rumah lalu sembunyi di dalam kamar. Dia sering jadi bulan-bulanan hinaan teman sebayanya.
Anakku cantik, seperti ibunya.
'Biar cantik kalo kere ya kelaut aje.' Mungkin itu kata-kata yang sering kudengar. Tapi anakku memang sabar dia tidak marah walau tak urung menangis juga.
'Sabar ya, Nak!' hiburku.
'Pak, Iya pake jilbab aja ya, biar tidak diganggu!' pintanya padaku.
Dan aku menangis. Anakku maafkan bapakmu, hanya itu suara yang sanggup kupendam dalam hatiku. Sejak hari itu, anakku tak pernah lepas dari kerudungnya. Dan aku bahagia.
Anakku, ternyata kamu sudah semakin dewasa. Dia selalu tersenyum padaku. Dia tidak pernah menunjukkan kekecewaannya padaku karena sekolahnya hanya terlambat di bangku SMP.!
7 tahun yang lalu,
Aku merenung seharian.
Ingatanku tentang Kania, istriku,kembali menemui pikiranku.
Sudah bertahun-tahun tak kudengar kabarnya. Aku tak mungkin bohong pada diriku sendiri, jika aku masih menyimpan rindu untuknya. Dan itu pula yang membuat aku takut.
Semalam Kamila bilang dia ingin menjadi TKI ke Malaysia. Sulit baginya mencari pekerjaan di sini yang cuma lulusan SMP..
Haruskah aku melepasnya karena alasan ekonomi. Dia bilang aku sudah tua, tenagaku mulai habis dan dia ingin agar aku beristirahat. Dia berjanji akan rajin mengirimi aku uang dan menabung untuk modal.
Setelah itu dia akan pulang, menemaniku kembali dan membuka usaha kecil-kecilan. Seperti waktu lalu,
kali ini pun aku tak kuasa untuk menghalanginya.
Aku hanya berdoa agar Kamilaku baik-baik saja.
4 tahun lalu,
Kamila tak pernah telat ! mengirimi aku uang. Hampir tiga tahun dia di sana.
Dia bekerja sebagai seorang pelayan di rumah seorang nyonya. Tapi Kamila tidak suka dengan laki-laki yang disebutnya datuk.
Matanya tak pernah siratkan sinar baik. Dia juga dikenal suka perempuan. Dan nyonya itu adalah istri mudanya yang keempat. Dia bilang dia sudah ingin pulang. Karena akhir-akhir ini dia sering diganggu.
Lebaran tahun ini dia akan berhenti bekerja.
Itu yang kubaca dari suratnya.
Aku senang mengetahui itu dan selalu menunggu hingga masa itu tiba.
Kamila bilang, aku jangan pernah lupa salat dan kalau kondisiku sedang baik usahakan untuk salat tahajjud. Tak perlu memaksakan untuk puasa sunnah yang pasti setiap bulan Ramadhan aku harus berusaha sebisa mungkin untuk kuat hingga beduk manghrib berbunyi.
Kini anakku lebih pandai menasihati daripada aku.
Dan aku bangga.
3 tahun 6 bulan yang lalu,
Inikah badai? Aku mendapat surat dari kepolisian pemerintahan Malaysia,
kabarnya anakku ditahan. Dan dia diancam hukuman mati, karena dia terbukti membunuh suami majikannya. Sesak dadaku mendapat kabar ini. Aku menangis, aku tak percaya.
Kamilaku yang lemah lembut tak mungkin membunuh. Lagipula kenapa dia harus membunuh. Aku meminta bantuan hukum dari Indonesia untuk menyelamatkan anakku dari maut.
Hampir setahun aku gelisah menunggu kasus anakku selesai.
Tenaga tuaku terkuras dan airmataku habis.
Aku hanya bisa memohon agar anakku tidak dihukum mati andai dia memang bersalah.
2 tahun 6 bulan yang lalu,
Akhirnya putusan itu jatuh juga, anakku terbukti bersalah.
Dan dia harus menjalani !hukuman gantung sebagai balasannya. Aku tidak bisa apa-apa selain menangis sejadinya.
Andai aku tak izinkan dia pergi apakah nasibnyatak akan seburuk ini?
Andai aku tak belikan ia bola apaka keadaanku pasti lebih baik?
Aku kini benar-benar sendiri.
Wahai Allah kuatkan aku.
Atas permintaan anakku aku dijemput terbang ke Malaysia.
Anakku ingin aku ada di sisinya disaat terakhirnya.
Lihatlah, dia kurus sekali. Dua matanya sembab dan bengkak.
Ingin rasanya aku berlari tapi apa daya kakiku tak ada..
Aku masuk ke dalam ruangan pertemuan itu, dia berhambur ke arahku, memelukku erat, seakan tak ingin melepaskan aku.
'Bapak, Iya Takut!' aku memeluknya lebih erat lagi. Andai bisa ditukar, aku ingin menggantikannya.
'Kenapa, Ya, kenapa kamu membunuhnya sayang?'
'Lelaki tua itu ingin Iya tidur dengannya, Pak. Iya tidak mau. Iya dipukulnya.
Iya takut, Iya dorong dan dia jatuh dari jendela kamar. Dan dia mati. Iya tidak salah kan , Pak!' Aku perih mendengar itu.
Aku iba dengan nasib anakku. Masa mudanya hilang begitu saja. Tapi aku bisa apa, istri keempat lelaki tua itu menuntut agar anakku dihukum mati. Dia kaya dan lelaki itu juga orang terhormat.
Aku sudah berusaha untuk memohon keringanan bagi anakku, tapi menemuiku pun ia tidak mau. Sia-sia aku tinggal di Malaysia selama enam bulan untuk memohon hukuman pada wanita itu.
2 tahun yang lalu,
Hari ini, anakku akan dihukum gantung. Dan wanita itu akan hadir melihatnya.
Aku mendengar dari petugas jika dia sudah datang dan ada di belakangku.
Tapi aku tak ingin melihatnya. Aku melihat isyarat tangan dari hakim di sana. Petugas itu membuka papan yang diinjak Anakku. Dan 'blass'
Kamilaku kini tergantung. Ak tak bisa lagi menangis.
Setelah yakin sudaah mati, jenazah anakku diturunkan mereka, aku mendengar langkah kaki menuju jenazah anakku. Dia menyibak kain penutupnya dan tersenyum sinis.
Aku mendongakkan kepalaku, dan dengan mataku yang samar oleh air mata aku melihat garis wajah yang kukenal.
'Kania?'
Diposting oleh Aulia Lima di 07.58 0 komentar
Label: Bukan Tulisan Saya...