Wahai kekasihku sang belahan sukma Semoga cinta kita direstui oleh Nya
Dengan Sudi_Nya, Semoga Dia akan menempatkan cinta kita di surga
Kendati kau jauh disana, Aku akan selalu setia menunggu
Rasakan harum setia cintaku Yang terbang melewati malam
Dan menemuimu kesana untuk Mengabarkan bahwa
Aku sungguh mencintaimu...
Kasih...
Semoga harum kesetiaan cintaku
Akan menenangkan jiwa ragamu malam ini
Semoga Tuhan senantiasa bersama kita
Amien
Sabtu, 20 Februari 2010
SemogA
Diposting oleh Aulia Lima di 06.29 0 komentar
Kaulah Cerita Itu...
Maafkan aku...
Istirahat lah sayangku
Karena aku telah cukup membuatmu tersusahkan
Tidur lah kekasihku
Karena lelahmu telah cukup menumpuk
Tak inginku membuatnya lebih berat
Aku hanya cukup berteman dengan tinta dan kertas
Karena mereka yang telah mampu membantuku merantai kata dan mencari makna
Serta mampu Menghujaniku ribuan embun penyejuk kalbu dan raga
Meski terkadang semua luluh lantak karena tangisku sendiri
Begitupun...
Aku tak butuh orang lain untuk mendengar cerita getirku
Aku hanya perlu kau, tinta dan kertasku
Karena hanya kalian yang mampu menyimpannya
Tanpa terdengar oleh angin dan samudra
Tanpa terlihat oleh gerimis dan senja
Terima kasih cinta...
Diposting oleh Aulia Lima di 06.22 0 komentar
Jawaban Hebat atas sebuah Do'a
Aku mohon Kepada Tuhan untuk menghilangkan kebiasaanku, Tuhan berkata, "Tidak." Itu bukan hak-Ku untuk menghilangkannya, Tetapi hak mu untuk mengusahakannya.
Aku mohon Kepada Tuhan untuk menyembuhkan Kecacatanku, Tuhan berkata, Tidak."
Jiwa adalah segalanya, tubuh hanyalah sementara.
Aku mohon Kepada Tuhan untuk memberiku kesabaran, Tuhan berkata, "Tidak."
Kesabaran adalah hasil dari kesengsaraan, bukan diberikan, tetapi dipelajari.
Aku mohon Kepada Tuhan untuk kebahagian, Tuhan berkata, "Tidak."
Aku memberimu berkah, kebahagiaan terserah padamu.
Aku mohon Kepada TUhan untuk menghilangkan rasa sakitku, Tuhan berkata, "Tidak."
penderitaanmu membuatmu peduli dan membawamu semakin dekat dengan-Ku.
Aku mohon Kepada Tuhan supaya jiwaku tumbuh, Tuhan berkata, "Tidak."
Kamu harus tumbuh dengan caramu sendiri, Tetapi Aku akan memangkasmu supaya kamu dapat berhasil.
GOD Bless All
Diposting oleh Aulia Lima di 06.11 0 komentar
Cinta Jadi Kasih...
Kalau engkau terperangkap olehnya, cinta itu menjadi kematian bagimu. Cinta bagai misteri, datang dan pergi tanpa permisi. Anda tak perlu mencarinya karena cinta akan datang dengan sendiri. Anda tak dapat membelinya karena cinta tak dapat dihargai.
Cinta akan lahir dengan sendirinya tanpa kita ketahui kapan, dan tanpa kita ketahui kepada siapa. Jika suatu hari pasangan Anda mengatakan ” Aku tak mencintaimu lagi. ” Let it go. Biarkan berlalu karena cinta tak dapat dipaksakan. Jika dipaksakan cinta tersebut layaknya sebuah bom waktu, yang akan meledak menjadi kebencian. Let it go.
Cinta akan datang kembali kepada Anda suatu waktu, mungkin dari orang yang pernah Anda cintai atau dari seseorang lainnya, Tuhan tak akan membiarkan Anda sendirian.
Lalu bagaimana dengan perasaan Anda yang ditinggalkan cinta?
Simpanlah dalam-dalam cinta tersebut. Kenanglah sebagai bagian dari masa lalu.
Menangislah jika perlu. Berbahagialah karena Anda pernah dicintai, berbahagia karena cinta pernah singgah di hati Anda.
Cinta itu bersemayam di dalam hati ( bukan di otak atau pikiran ), jika hati anda penuh dengan kasih, cinta tak akan pernah hilang dari diri Anda.
Bagi Anda yang mencintai, ubahlah makna cinta menjadi KASIH. Mengapa ???
Kasih itu indah
kasih tidak cemburu
kasih itu menerima apa adanya dan memberi yang ada
kasih itu komitmen sehingga seseorang yang mempunyai kasih tak akan melupakan cintanya
kasih itu murah hati bukan murah cinta ( dalam hubungan asmara )
kasih itu rendah hati bukan merendahkan cinta
kasih itu mengampuni dan memaafkan
kasih adalah cinta sejati karena berasal dari Tuhan.
Tanamkan kasih di dalam hati Anda sejak awal maka cinta Anda tak akan hilang.
Tanamkan kasih maka Anda akan bertahan jika kekasih Anda berkata, ”Aku tidak mencintaimu Lagi"
Diposting oleh Aulia Lima di 06.05 0 komentar
Do'a Perempuan Lajang
Thanks God
Ketenangan untuk menikmati kesendirian
Yang juga berpikir dengan matang..
Tidak melepas masa lajang karena takut stigma uzur...
Dear God.....,
If You dont mind.....
Diposting oleh Aulia Lima di 06.02 0 komentar
Kamis, 11 Februari 2010
Buatmu...
Miris,
saat salah seorang anak dikelasku mengatakan bahwa Mirna,
teman sebangkunya berhenti sekolah
Awalnya aku cukup senang
saat beberapa waktu lalu sempat bertanya
tentang keadaan keuangan orang tuanya Mirna,
berada,
itulah kata teman akrabnya,
artinya aku sebagai wali kelasnya tak perlu merisaukan
bahwa dia akan berhenti seperti banyak temannya yang lain
yang terpaksa berhenti sekolah karena dicekik masalah keuangan
Pada dasarnya anak didikku yang satu ini (Mirna) termasuk anak yang pinter,
aku yakin dia akan mendapat peringkat lima besar di kelasnya
Tapi,
masalah dimulai saat aku dengar kabar bahwa Mirna dilarang orang tuanya berangkat sekolah
Setiap aku bertanya tak ada jawaban yang jelas baik itu dari Mirna atau teman-temannya..
Aku cukup mengerti,
Selain masalah keuangan,
ada beberapa hal yang menjadi polemik dalam
kehidupan pendidikan di tempat aku mengajar
disana,
tak semua orang merasa punya kepentingan
untuk mendapatkan atau mengenyam pendidikan
Rupanya begitu juga dengan orangtuanya Mirna
Beberapa kali Mirna tidak masuk sekolah tanpa keterangan yg jelas
Alpa
Sakit
Izin
Sebenarnya aku sedih dengan keadaan dan perjuangan anak itu,
Tapi aku tak bisa berbuat banyak...
Support
Motivasi
hanya itu kemampuanku..
Sampai hari ini aku mendapat kabar terjelas tentang salah satu anak didikku yang cerdas itu..
Mirna benar- benar berhenti sekolah
Karena
Semua seragam sekolah nya sudah di cincang orang tuanya..
begitu juga mungkin dengan semua peralatan sekolahnya
Rupanya Mirna telah menyerah dengan segala keterbatasan kemampuannya sebagai anak
dan
Rupanya orangtua Mirna telah habis sabar dengan segala ketegaran anaknya
Sehingga
Merekapun mampu menghancurkan impian Mirna untuk sekolah
Cuma satu do'a Ibu buatmu...
Semoga kau bisa mendapatkan keberhasilan dan impianmu
di lain tempat dan di lain waktu..
Amien
Diposting oleh Aulia Lima di 17.43 0 komentar
Label: 13 Januari 2010
Senja...
Di Bawah Naungan Senja
Yang Tak Memercikan Sinar Keemasannya Ke Jiwa
Terlintas Sebuah Nama Mulai Memudar Oleh Masa
Yang Tak Mengizinkan Hati Untuk Mengenang Tentang Keindahan Cinta
Berbisik Pada Angin Sore Yang Menyapa Raga, Lalu Berlalu...
"Sampaikan Padanya Bahwa Aku Merindukan Pelukannya Yang Dulu..."
Diposting oleh Aulia Lima di 17.38 0 komentar
Selalu Tentang Senja...
Menatap Pada Sebuah Senja
Kelam Dan Semburat Jingga Berpendar
Tak Ada Kata Yang Ada Hanya Air Mata
Dimana Cahaya Emas Itu
Dimana Sinar Tembaga Itu
Aku Tersesat Dalam Buram
Yang Ada Hanya Jingga Tak Terperi
Namun…
Tak Ada Jawaban Tentang Air Mata Ini
Dan Kau Pun Tak Mau Tau
Telah Lelahku Menanti Kepastian Rasa
Aku Lemah
Aku Rapuh
Rasa Ini Menikamku Dan Telah Merobohkan Hatiku
Apa Yang Membuatmu Mengabaikanku
Tak Lagi Bermaknakah Aku Buatmu?
Diposting oleh Aulia Lima di 09.19 0 komentar
SebuaH SejaraH CintA
kebimbangan perjalanan menuju cinta yg sempurna
aku yakin, tanpa sumpahku pun
kau telah teryakinkan 0leh cintaku
namun kasihku...
maukah kau tak menc0ba membentuk diriku seperti yg kamu mau?
seperti aku yg mencintaimu dgn keikhlasan tanpa syarat...
sungguh sdh terlalu aku menyayangimu
sehingga utk menjauhpun aku sudah tak mampu...
'aku mencintaimu dari awal hingga akhir,
dgn air mata atau senyuman aku tetap menginginkanmu,
hiduP dan mati
Diposting oleh Aulia Lima di 09.17 0 komentar
Katamu aku harus selalu merenung, supaya selalu tersadar bahwa aku milikmu dan kamu milikku...
Diposting oleh Aulia Lima di 09.13 0 komentar
Berdamailah dengan hatimu, dan jangan bersedih karena keadaan...
Hatiku gerimis pun karena dia
Diposting oleh Aulia Lima di 09.10 0 komentar
7 tahun di segala musim... (ab0ut 2.537days)
Hari ini aku teringat masa dulu
Saat kami masih bersatu
Gemericik arus sungai
Lebatnya hujan
Hijaunya hutan
Lapangnya jalan
Panasnya fatam0rgana
Semua pernah bermakna bersamanya
Diposting oleh Aulia Lima di 09.04 0 komentar
PerempuaN_LangiT
Gerimis ini datang lagi, gerimis yg indah seperti sebuah bisikan keceriaan...
Setiap kali aku tanyakan pd mereka, mereka bilang aku sinting
Tak ada gerimis, yg ada hanya panas mengelupas kulit kata mereka
Darimana gerimis ini berawal dan dimana pula dia bermuara?
Semakin aku menatapnya, semakin kurasakan wajahku pias 0leh cahaya
Aku diam
Tetap diam
Sampai bisikan angin menyentakkan aku
Tidakah engkau sadari?
Kau adalah perempuan Langit
Ujarnya!
Diposting oleh Aulia Lima di 09.00 0 komentar
PeNdOsA
Jika tak ada lagi rasa nyaman kau temukan padaku
Aku ikhlas bila kau pergi
Karena bahagiamu hal terpenting, Terbesar
Bahkan mengalahkan besarnya kasihsayangku buatmu...
Menyaksikan lukamu membuatku merasa tak berguna
Mendengar isak kecewamu
Membuatku merasa tak lagi di butuhkan
Aku telah lelah berjalan
Sumpahku kamulah terakhir
Kalaupun cerita ini akan tamat
Tak akan lagi aku mencari penyambung rasa
Karena aku telah menyerah dan mati...
Diposting oleh Aulia Lima di 08.56 0 komentar
sUKMa_Luka
Betapa dalam hasratku memeluk perempuan
Yang menangis jauh dibawah pandangan mataku itu
Terisak mendekap beku
Berharap ada yang peduli dengan lukanya
Tapi tak ada yang datang
Sepi, Sunyi dan menyakitkan
Andai dia sadar bahwa aku peduli
Akan aku lihat senyum mengukir di bibirnya
Dan terhapuslah nelangsa itu
Namun, bukan aku harapannya
Sese0rang pemegang kunci sukmanya lah yang dinantinya
Bukan rembulan abu-abu seperti aku.
(andai dia tau)
Diposting oleh Aulia Lima di 08.54 0 komentar
dUKA_SuKA
Mengapa kata2 tercipta dan terg0res dengan tinta buram jika hanya saat ada luka di balut lara?
Bagaimana saat bahagia membahana di setiap sudut sukma?
Mana sajak-sajak bahagia itu?
Saat luka, se0lah2 sakit ku menunggu mati.
Namun, saat suka dan tangan2 peri menjamahku, se0lah2 tak ada surga disitu...
Kenapa aku tak bisa adil padanya?
Saat duka, semua di banjiri airmata.
Saat suka, aku diam saja...
Eg0is!
Maafin aku ya...
Diposting oleh Aulia Lima di 08.50 0 komentar
Baru aku sadari; Lukaku tak sebesar cintamu...
Andai dulu aku tak pergi separti pintamu
Mungkin sekarang kita akan baik-baik saja
Andai dulu aku tak pergi seperti inginmu
Mungkin sekarang aku akan ada dalam dekapmu
Andai dulu aku tak pergi seperti harapanmu
Mungkin kau akan menghapus air mataku dengan pelukanmu
Maafkan aku yang dulu
Aku sering menyakiti perasaanmu meski tak pernah kau ucapkan
Tapi air matamu mengisyaratkan luka itu
Keputusan pergi telah aku ambil
Aku tak ingin menyesal
Karna aku tau
Berlari lagi kepelukmu itu sudah tak mungkin
Diposting oleh Aulia Lima di 08.48 0 komentar
Rindu yang datang beserta senja...
Sayang...
Andai banyak ruang untukku melepas semua rasa ini
Mungkin saat ini aku bisa bernafas lega tanpa bening hangat menetes di ujung mataku
Sungguh rindu ini teramat sangat, apakah kau merasakan sesak yang sama? Dapatkah kau raba hangat yang sama di ujung matamu?
Sayang..
Yakinlah akulah pencinta sejati untukmu
Pencinta yang slalu membuka peluk, pun saat kau datang dengan keterpurukanmu
Pencinta yang bisa mebuatmu tertawa saat luka menyayatmu
Pencinta setiap kurang lebihmu
Hanya akulah cinta sejatimu..
Diposting oleh Aulia Lima di 08.46 0 komentar
Dia adalah Kesepian itu..
Seberapapun Aku Menolak Kehadirannya
Dia Tetap Datang Dan Menawarkan Cintanya
Dia Bilang Dia Sangat Mencintai Aku
Mengagumi Dan Meninggikan Aku
Perlahan Namun Pasti Dia Telah Mampu Merasuk Di Hatiku
Mengikuti Aku Di Setiap Detik Hariku
Dan Ternyata Tanpa Sengaja Akupun Mencintainya
Sumpah, Sebenarnya Aku Tak Pernah Mengharap Mencintai Dan Di Cintai Olehnya
Semua Datang Begitu Saja, Dan Aku Terperangkap
Aku Belum Bisa Pergi Dari Sisinya
Entah Berapa Juta Detik Sudah Dia Menemaniku, Mencintaiku Dan Menawarkan Cinta Aneh Dan Berbeda
Dialah Yang Selalu Menghapus Tiap Tetes Air Mataku Yang Mengalir Entah Karena Siapa
Dia Tak Pernah Marah Dan Cemburu
Dengan Kasih Sayangnya Dia Selalu Memelukku, Menenangkan Dan Melegakan Nafasku
Namun Dia Tak Pernah Tahu
Bukan Dia Sebenarnya Yang Aku Mau
Tapi Dia Selalu Mampu Meyakinkanku, Bahwa Aku Tak Punya Siapapun Selain Dia
Dia Bersumpah Akan Mencintaiku Selamanya
Aku Takut, Aku Benar-Benar Takut KESEPIAN Ini Benar-Benar Akan Memelukku Dan Mencintaiku Selamanya…
Diposting oleh Aulia Lima di 08.38 0 komentar
Hitam dan Samudera
Berkaca pada bening jelaga senja
Mengharap akan ada purnama seperti kemarin
Agar bisa aku menatapnya lagi di bayang samudra hitam legam itu
Namun harapan tak kunjung pasti
Karena yang ada hanyalah fatamorgana tak bertepi...
Diposting oleh Aulia Lima di 08.33 0 komentar
Gubahan_Ku
Diposting oleh Aulia Lima di 08.15 0 komentar
LovE
Cinta itu memberi sayap
Bukan rantai
Cinta itu keikhlasan
Bukan paksaan
Cinta itu kekuatan
Bukan kelemahan
Cinta itu perjuangan
Bukan belas kasihan
Diposting oleh Aulia Lima di 08.11 0 komentar
Catatan KusaM
Ketika
Langit Malam
Jatuh Kehamparan
Luas Samudera
Tetesan Hangat
Air Mataku
Jatuh Menyapa Pantai
Kini
10 Purnama Sudah
Aku Menantimu
Tanpa Janji
Tanpa Kepastian
Dan
Tanpa Ikatan...
Haruskah
10 Purnama Lagi
AKu Menunggumu Datang?
Berlinang Lara Ku
Tertegun Menatap Wajah Malam...
Diposting oleh Aulia Lima di 08.09 0 komentar
Benar Saja!
Lama tak kubuat sajak buat dia
Sajak manis,
Yang
Bertabur Rindu mesra
Peluk hangat
Serta kecupan cinta
Sungguh
Tak pernah aku duga
Bisa menemukan seseorang seperti dia
Dengan segala keterbatasan kemampuan materi
Namun
Kaya petuah
Pengorbanan
Pengalaman
dan
Perhatian yang tak terucap
Kufikir..
setelah luka- luka yang tak terperi kemaren
Hidupku tak akan lagi berwarna
Namun,
Ternyata Tuhan menatanya dengan berbeda
Tangisanku pun berwujud menjadi tawa
Dia datang dengan segala
Keanehannya
Keseriusannya
Dan segala kurangan lebihnya
Saat itu aku telah teramat yakin
Dialah yang akan mampu
Membawa bahagia yang tertunda untuk ku
Benar Saja!
Dengan segala Mampuku
Kegigihanku
Kupertahankan dia dengan tekadku
Meski aku harus
Bersikeras melawan egoku
Bersikeras Menutup telingaku
Bersikeras dengan segala kelemahanku
Dan ternyata benar
Dialah yang
Paling tepat untukku
Paling Berharga bagiku
Paling bisa menyeyangiku
Paling bisa menguatkanku
Paling tepat untuk tempat bersandarku
Paling mengerti dengan segala keinginanku
Kini
Tak lagi keraguan merajai hati dan kegusaran kita
Tak lagi cemburu bisa mengalahkan kokohnya perasaan kita
Tak lagi ada yang menggantikan tahtaku tahtamu dihati kita
Aku mencintaimu sungguh
Dengan tulus dan ikhlasku
Tetaplah bersamaku...
Diposting oleh Aulia Lima di 08.07 0 komentar
Cerpen Copy Paste: Sad Story
25 tahun yang lalu,
Inikah nasib? Terlahir sebagai menantu bukan pilihan. Tapi aku dan Kania harus tetap menikah. Itu sebabnya kami ada di Kantor Catatan Sipil. Wali kami pun wali hakim. Dalam tiga puluh menit, prosesi pernikahan kami selesai. Tanpa sungkem dan tabur melati atau hidangan istimewa dan salam sejahtera dari kerabat. Tapi aku masih sangat bersyukur karena Lukman dan Naila mau hadir menjadi saksi. Umurku sudah menginjak seperempat abad dan Kania di bawahku. Cita-cita kami sederhana, ingin hidup bahagia.
22 tahun yang lalu,
Pekerjaanku tidak begitu elit, tapi cukup untuk biaya makan keluargaku. Ya, keluargaku. Karena sekarang aku sudah punya momongan. Seorang putri, kunamai ia Kamila. Aku berharap ia bisa menjadi perempuan sempurna, maksudku kaya akan budi baik hingga dia tampak sempurna. Kulitnya masih merah, mungkin karena ia baru berumur seminggu. Sayang, dia tak dijenguk kakek-neneknya dan aku merasa prihatin. Aku harus bisa terima nasib kembali, orangtuaku dan orangtua Kania tak mau menerima kami..
Ya sudahlah. Aku tak berhak untuk memaksa dan aku tidak membenci mereka. Aku hanya yakin, suatu saat nanti, mereka pasti akan berubah.
19 tahun yang lalu,
Kamilaku gesit dan lincah. Dia sekarang sedang senang berlari-lari, melompat-lompat atau meloncat dari meja ke kursi lalu dari kursi ke lantai kemudian berteriak 'Horeee, Iya bisa terbang'. Begitulah dia memanggil namanya sendiri, Iya. Kembang senyumnya selalu merekah seperti mawar di pot halaman rumah. Dan Kania tak jarang berteriak, 'Iya sayaaang,' jika sudah terdengar suara 'Prang'. Itu artinya, ada yang pecah, bisa vas bunga, gelas, piring, atau meja kaca..
Terakhir cermin rias ibunya yang pecah. Waktu dia melompat dari tempat tidur ke lantai, boneka kayu yang dipegangnya terpental. Dan dia cuma bilang 'Kenapa semua kaca di rumah ini selalu pecah, Ma?'
18 tahun yang lalu,
Hari ini Kamila ulang tahun. Aku sengaja pulang lebih awal dari pekerjaanku agar bisa membeli hadiah dulu. Kemarin lalu dia merengek minta dibelikan bola. Kania tak membelikannya karena tak mau anaknya jadi tomboy apalagi jadi pemain bola seperti yang sering diucapkannya. 'Nanti kalau sudah besar, Iya mau jadi pemain bola!' tapi aku tidak suka dia menangis terus minta bola, makanya kubelikan ia sebuah bola. Paling tidak aku bisa punya lawan main setiap sabtu sore. Dan seperti yang sudah kuduga, dia bersorak kegirangan waktu kutunjukkan bola itu. 'Horee, Iya jadi pemain bola.'
17 Tahun yang lalu
Iya, Iya. Bapak kan sudah bilang jangan main bola di jalan. Mainnya di rumah aja. Coba kalau ia nurut, Bapak kan tidak akan seperti ini. Aku tidak tahu bagaimana Kania bisa tidak tahu Iya menyembunyikan bola di tas sekolahnya. Yang aku tahu, hari itu hari sabtu dan aku akan menjemputnyanya dari sekolah. Kulihat anakku sedang asyik menendang bola sepanjang jalan pulang dari sekolah dan ia semakin ketengah jalan. Aku berlari menghampirinya, rasa khawatirku mengalahkan kehati-hatianku dan 'Iyaaaa'. Sebuah truk pasir telak menghantam tubuhku, lindasan ban besarnya berhenti di atas dua kakiku. Waktu aku sadar, dua kakiku sudah diamputasi. Ya Tuhan, bagaimana ini. Bayang-bayang kelam menyelimuti pikiranku, tanpa kaki, bagaimana aku bekerja sementara pekerjaanku mengantar barang dari perusahaan ke rumah konsumen. Kulihat Kania menangis sedih, bibir cuma berkata 'Coba kalau kamu tak belikan ia bola!'
15 tahun yang lalu,
Perekonomianku morat marit setelah kecelakaan. Uang pesangon habis untuk ke rumah sakit dan uang tabungan menguap jadi asap dapur. Kania mulai banyak mengeluh dan Iya mulai banyak dibentak. Aku hanya bisa membelainya. Dan bilang kalau Mamanya sedang sakit kepala makanya cepat marah. Perabotan rumah yang bisa dijual sudah habis. Dan aku tak bisa berkata apa-apa waktu Kania hendak mencari kerja ke luar negeri. Dia ingin penghasilan yang lebih besar untuk mencukupi kebutuhan Kamila. Diizinkan atau tidak diizinkan dia akan tetap pergi. Begitu katanya. Dan akhirnya dia memang pergi ke Malaysia.
13 tahun yang lalu,
Setahun sejak kepergian Kania, keuangan rumahku sedikit membaik. Tapi itu hanya setahun. Setelah itu tak terdengar kabar lagi. Aku harus mempersiapkan uang untuk Kamila masuk SMP. Anakku memang pintar dia loncat satu tahun di SD-nya.
Dengan segala keprihatinan kupaksakan agar Kamila bisa melanjutkan sekolah. aku bekerja serabutan, mengerjakan pekerjaan yang bisa kukerjakan dengan dua tanganku. Aku miris, menghadapi kenyataan. Menyaksikan anakku yang tumbuh remaja dan aku tahu dia ingin menikmati dunianya. Tapi keadaanku mengurungnya dalam segala kekurangan. Tapi aku harus kuat. Aku harus tabah untuk mengajari Kamila hidup tegar.
10 tahun yang lalu,
Aku sedih, semua tetangga sering mengejek kecacatanku.
Dan Kamila hanya sanggup berlari ke dalam rumah lalu sembunyi di dalam kamar. Dia sering jadi bulan-bulanan hinaan teman sebayanya.
Anakku cantik, seperti ibunya.
'Biar cantik kalo kere ya kelaut aje.' Mungkin itu kata-kata yang sering kudengar. Tapi anakku memang sabar dia tidak marah walau tak urung menangis juga.
'Sabar ya, Nak!' hiburku.
'Pak, Iya pake jilbab aja ya, biar tidak diganggu!' pintanya padaku.
Dan aku menangis. Anakku maafkan bapakmu, hanya itu suara yang sanggup kupendam dalam hatiku. Sejak hari itu, anakku tak pernah lepas dari kerudungnya. Dan aku bahagia.
Anakku, ternyata kamu sudah semakin dewasa. Dia selalu tersenyum padaku. Dia tidak pernah menunjukkan kekecewaannya padaku karena sekolahnya hanya terlambat di bangku SMP.!
7 tahun yang lalu,
Aku merenung seharian.
Ingatanku tentang Kania, istriku,kembali menemui pikiranku.
Sudah bertahun-tahun tak kudengar kabarnya. Aku tak mungkin bohong pada diriku sendiri, jika aku masih menyimpan rindu untuknya. Dan itu pula yang membuat aku takut.
Semalam Kamila bilang dia ingin menjadi TKI ke Malaysia. Sulit baginya mencari pekerjaan di sini yang cuma lulusan SMP..
Haruskah aku melepasnya karena alasan ekonomi. Dia bilang aku sudah tua, tenagaku mulai habis dan dia ingin agar aku beristirahat. Dia berjanji akan rajin mengirimi aku uang dan menabung untuk modal.
Setelah itu dia akan pulang, menemaniku kembali dan membuka usaha kecil-kecilan. Seperti waktu lalu,
kali ini pun aku tak kuasa untuk menghalanginya.
Aku hanya berdoa agar Kamilaku baik-baik saja.
4 tahun lalu,
Kamila tak pernah telat ! mengirimi aku uang. Hampir tiga tahun dia di sana.
Dia bekerja sebagai seorang pelayan di rumah seorang nyonya. Tapi Kamila tidak suka dengan laki-laki yang disebutnya datuk.
Matanya tak pernah siratkan sinar baik. Dia juga dikenal suka perempuan. Dan nyonya itu adalah istri mudanya yang keempat. Dia bilang dia sudah ingin pulang. Karena akhir-akhir ini dia sering diganggu.
Lebaran tahun ini dia akan berhenti bekerja.
Itu yang kubaca dari suratnya.
Aku senang mengetahui itu dan selalu menunggu hingga masa itu tiba.
Kamila bilang, aku jangan pernah lupa salat dan kalau kondisiku sedang baik usahakan untuk salat tahajjud. Tak perlu memaksakan untuk puasa sunnah yang pasti setiap bulan Ramadhan aku harus berusaha sebisa mungkin untuk kuat hingga beduk manghrib berbunyi.
Kini anakku lebih pandai menasihati daripada aku.
Dan aku bangga.
3 tahun 6 bulan yang lalu,
Inikah badai? Aku mendapat surat dari kepolisian pemerintahan Malaysia,
kabarnya anakku ditahan. Dan dia diancam hukuman mati, karena dia terbukti membunuh suami majikannya. Sesak dadaku mendapat kabar ini. Aku menangis, aku tak percaya.
Kamilaku yang lemah lembut tak mungkin membunuh. Lagipula kenapa dia harus membunuh. Aku meminta bantuan hukum dari Indonesia untuk menyelamatkan anakku dari maut.
Hampir setahun aku gelisah menunggu kasus anakku selesai.
Tenaga tuaku terkuras dan airmataku habis.
Aku hanya bisa memohon agar anakku tidak dihukum mati andai dia memang bersalah.
2 tahun 6 bulan yang lalu,
Akhirnya putusan itu jatuh juga, anakku terbukti bersalah.
Dan dia harus menjalani !hukuman gantung sebagai balasannya. Aku tidak bisa apa-apa selain menangis sejadinya.
Andai aku tak izinkan dia pergi apakah nasibnyatak akan seburuk ini?
Andai aku tak belikan ia bola apaka keadaanku pasti lebih baik?
Aku kini benar-benar sendiri.
Wahai Allah kuatkan aku.
Atas permintaan anakku aku dijemput terbang ke Malaysia.
Anakku ingin aku ada di sisinya disaat terakhirnya.
Lihatlah, dia kurus sekali. Dua matanya sembab dan bengkak.
Ingin rasanya aku berlari tapi apa daya kakiku tak ada..
Aku masuk ke dalam ruangan pertemuan itu, dia berhambur ke arahku, memelukku erat, seakan tak ingin melepaskan aku.
'Bapak, Iya Takut!' aku memeluknya lebih erat lagi. Andai bisa ditukar, aku ingin menggantikannya.
'Kenapa, Ya, kenapa kamu membunuhnya sayang?'
'Lelaki tua itu ingin Iya tidur dengannya, Pak. Iya tidak mau. Iya dipukulnya.
Iya takut, Iya dorong dan dia jatuh dari jendela kamar. Dan dia mati. Iya tidak salah kan , Pak!' Aku perih mendengar itu.
Aku iba dengan nasib anakku. Masa mudanya hilang begitu saja. Tapi aku bisa apa, istri keempat lelaki tua itu menuntut agar anakku dihukum mati. Dia kaya dan lelaki itu juga orang terhormat.
Aku sudah berusaha untuk memohon keringanan bagi anakku, tapi menemuiku pun ia tidak mau. Sia-sia aku tinggal di Malaysia selama enam bulan untuk memohon hukuman pada wanita itu.
2 tahun yang lalu,
Hari ini, anakku akan dihukum gantung. Dan wanita itu akan hadir melihatnya.
Aku mendengar dari petugas jika dia sudah datang dan ada di belakangku.
Tapi aku tak ingin melihatnya. Aku melihat isyarat tangan dari hakim di sana. Petugas itu membuka papan yang diinjak Anakku. Dan 'blass'
Kamilaku kini tergantung. Ak tak bisa lagi menangis.
Setelah yakin sudaah mati, jenazah anakku diturunkan mereka, aku mendengar langkah kaki menuju jenazah anakku. Dia menyibak kain penutupnya dan tersenyum sinis.
Aku mendongakkan kepalaku, dan dengan mataku yang samar oleh air mata aku melihat garis wajah yang kukenal.
'Kania?'
Diposting oleh Aulia Lima di 07.58 0 komentar
Label: Bukan Tulisan Saya...